Senin, 26 Mei 2014

Memilih Jodoh Berdasarkan Weton


Di antara kebiasaan orang tua di beberapa masyarakat jawa serta madura terlebih di pedesaan yaitu dalam memastikan jodoh calon pasangan anaknya mereka tetap bergantung pada weton. weton yaitu penjumlahan hari-hari dalam 1 minggu ( senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu ) dengan hari-hari dalam pasaran jawa ( legi, pahing, pon, wage, kliwon ). otak-atik hitungan tersebut maka dapat ditemukan akhirnya apakah anaknya jika menikah dengan yang melamarnya dapat bernasib sial, atau mujur. dari situ, orang tua dapat bikin ketentuan apakah dapat terima pinangan seseorang atau menampiknya.

sikap layaknya ini sama juga dengan lebih meyakini tukang ramal dari pada syariah islam yang telah jelas aturannya dalam quran serta hadits. rasulullah bersabda yang artinya adalah;

berarti, barangsiapa yang datang ke dukun atau tukang ramal lantas membetulkan apa yang dikatakannya, maka itu bermakna dia sudah kufur pada ajaran muhammad ( hr imam ahmad ). menurut hadits ini, imam suyuthi mengharamkan yakin pada ramalan. serta berdosa untuk yang mempercayainya.

hadits diatas merupakan teguran keras pada orang muslim yang keislamannya tidak keseluruhan dengan kata lain tetap setengah-setengah. yakin pada allah serta rasulnya dalam makna melaksanakan rukun islam yang lima, namun di segi lain tetap menjaga kebiasaan nenek moyangnya yang tetap yakin pada ramalan yang jelas tidak benar baik dari perspektif syariah ataupun analisa serta logika keilmuan modern.

pada prinsipnya islam tidak menampik kebiasaan atau ilmu spesifik yang datang dari luar islam. dalam sejarahnya kita lihat banyak sarjana islam yang pelajari beragam jenis keilmuan yang datang dari budaya serta peradaban non-islam. layaknya ilmu filsafat, matematika, kedokteran, sufisme dan sebagainya. tidak sedikit dari sarjana islam itu apalagi menonjol di bidang keilmuan baru yang mereka jalani. layaknya ibnu khaldun di bidang ilmu politik, al-khawarizmi di bidang matematika, ibnu sina di bidang filsafat serta kedokteran. islam berikan area yang cukup luas untuk umatnya untuk mengembangkan kekuatan serta kapasitas dirinya dengan optimal selama perihal itu bisa membawa kemajuan serta bernilai positif, dan tidak berlawanan dengan prinsip aqidah islam. nabi menegaskan bahwa kita bisa “menuntut ilmu meskipun di negeri china” dimana negeri china waktu itu tidaklah negara islam serta tak ada satupun orang muslim di sana. itu berarti, ilmu non-islam bisa dipelajari bila memanglah membawa kebaikan serta faedah untuk diri serta orang lain.

keyakinan pada dukun ramal atau pada hitungan weton, primbon serta semacamnya dengan tegas dilarang oleh rasulullah dikarenakan pelajari serta meyakini ilmu ramalan merupakan satu langkah mundur untuk seorang muslim dikarenakan itu bertentangan dengan prinsip islam serta logika akal sehat keilmuan.

pikirkan, orang tua menampik putrinya dilamar seorang pria yang salih serta terima pinangan seorang lelaki preman cuma dikarenakan ramalan dukun atau hitungan weton menganjurkan demikianlah. pikirkan seorang santri tidak disetujui orang tuanya untuk melamar seorang santriwati serta menganjurkan untuk menikah dengan wanita nakal cuma dikarenakan ramalan berasumsi tersebut yang baik.
walau sebenarnya jelas serta tegas nabi menyebutkan bahwa standar menentukan jodoh menurut islam cuma satu : carilah pasangan yang agamis, salih atau salihah “agar agar anda mujur. ” ini dasar untuk orang tua, serta untuk lelaki serta wanita yang tengah menentukan calon pasangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar